A. DAMPAK ERA GLOBALISASI
Pada suatu ketika, di suatu sekolah negeri di kota Solo diadakan sebuah talkshow oleh mahasiswa ISI Surakarta. Talkshow tersebut berisi tentang kecintaan kepada budaya bangsa. Ketika ditanya seberapa cinta mereka kepada budaya bangsa dan apa yang dilakukan untuk membuktikannya, salah satu peserta dengan bangga menjawab : “Dengan memakai baju batik pak”. Berapa sering kamu memakai batik? Ternyata hanya disaat sekolah saja, itupun hanya 2 hari.
Sebuah kenyataan yang ironi ini bukanlah satu-satunya bukti lemahnya pengenalan budaya bangsa. Satu pertanyaan dari pembicara talkshow, “kalian tahu gamelan?” mereka menjawab “tahu.......!!!” begitu lantang. Setelah ditanyakan kembali seberapa mereka tahu tentang gamelan, tidak ada satupun siswa yang dapat menerangkan. Bahkan memainkan satu instrumen atau tahu salah satu gendhing Jawa-pun tidak. Ironinya ketika salah satu siswa diminta menunjukkan kemampuan bermusiknya dengan bangga dan sangat baik sekali dapat memainkan instrumen gitar yang notabene adalah alat musik barat.
Bukan masalah instrumen apa yang dimainkan atau sekedar berapa kali dalam seminggu mengenakan baju batik. Tetapi begitu menyedihkan ketika bangsa ini tidak mengenal budayanya sendiri. Dampak ini jugalah sebenarnya pemicu perubahan perilaku manusia dan anak muda pada khususnya.
B. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MENGUBAH PERILAKU MANUSIA
Inilah yang akan memperjelas perubahan sikap manusia sehingga menjadi Malin Kundang di era abad 21 ini.
Hal yang akan mengawali pembahasan bab ini, perlu dilihat kejadian-kejadian dewasa ini yang merubah sikap anak muda. Hal tentang perkembangan teknologi dan keinstanan manusia abad ini. Jaman dahulu, komunikasi masih sangat terbatas dan media yang digunakanpun sederhana. Mengingat beberapa puluh tahun yang lalu komunikasi antar manusia dilakukan dengan bantuan tenaga manusia, menggunakan jasa kurir untuk menyampaikan pesan. Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini begitu pesat, komunikasi semakin cepat dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk bisa berkomunikasi. Kecanggihan teknologi yang meliputi TV, media massa, telepon, dan perkembangan yang semakin canggih terkini adalah Handphone dan Internet menjadikan manusia begitu mudah melakukan berbagai hal. Anak muda adalah oknum yang potensial untuk menginginkan hal tersebut. Perkembangan teknologi memicu manusia untuk bersikap lebih instan dan cenderung memikirkan diri sendiri.
Disadari atau tidak era globalisasi telah mengijinkan budaya-budaya barat masuk ke Indonesia tanpa sensor. Dibalik ketatnya lembaga sensor Indonesia melakukan upaya pemotongan adegan dalam film ternyata tidak seutuhnya dapat mengendalikan budaya barat yang masuk ke Indonesia.
Di tahun 1994 Dieter Mack mengutip artikel dari harian KOMPAS yang ditulis oleh Danny Irawan.
“......Ketika dalam iklan pertama muncul adegan ciuman-yang sesungguhnya hanya berupa ciuman kasih sayang yang tidak mengandung unsur birahi-kontan pihak bioskop melakukan swasensor, dengan menutupi proyektor selama adegan itu berlangsung. Namun lucunya, ketika diputar keempat iklan film berikutnya, yang penuh dengan adegan kekerasan-tembakan, tamparan pipi, jerit dan teriakan, darah, gebuk-gebukan – aksi swasensor seakan-akan dilupakan. Alhasil beberapa anak dalam bioskop menjerit ketakutan.
Apakah benar bangsa kita lebih permisif terhadap kekerasan dibandingkan seks, barangkali bisa menjadi topik riset yang menarik” (Danny Irawan Yatim, KOMPAS, 11 November 1993)
Dalam hal ini bukan soal permisif atau tidak permisif tentang penyensoran adegan seks dan tidak disensornya adegan kekerasan, tetapi dapat dilihat bahwa film-film yang masuk di Indonesia sesungguhnya adalah salah satu faktor masuknya budaya barat yang mempengaruhi perilaku anak muda saat ini.
Adegan kekerasan dan segala macam sikap egoisme yang sering dilihat oleh anak muda memicu mereka untuk melakukan hal yang sama dengan yang terjadi pada adegan film tersebut.
Banyak kejadian yang real yang terjadi akhir-akhir ini yang sumbernya seringkali dari apa yang dia lihat sebelumnya. Tidak heran bila banyak sekali Malin Kundang yang melebihi Malin Kundang pada masa dahulu.
Kekerasan dalam adegan film sesungguhnya adalah penggambaran dari apa yang terjadi di bangsa barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar